Wednesday, February 26, 2014

Sekolah Baru

Ini adalah minggu ketiga sejak aku dipindahkan ke sekolah baru. Belum genap 20 hari, tapi keanehan yang kutemui di sini sudah lebih dari jumlah jemari yang kumiliki.

Bagaimana tidak kukatakan aneh? Di sekolah ini, aku bisa menemui bermacam-macam murid dengan bermacam-macam kebiasaan yang tidak kutemui di sekolahku yang lama. Seorang siswa yang suka memakan kelopak bunga sepatu di halaman belakang sekolah, murid laki-laki yang sering membenturkan kepalanya di pintu kelas, anak perempuan yang mengepang sembilan rambutnya (terkadang aku berpikir mungkin ia terobsesi dengan siluman rubah berekor sembilan seperti mitos-mitos di Korea sana), siswa yang selalu memakai sepatu dengan warna berbeda di kaki kiri dan kanannya, yang mengisi tas ranselnya dengan bola basket dan membawa semua bukunya dengan keranjang belanja, yang gemar memakai celana terbalik, yang selalu berjalan mundur, dan manusia-manusia aneh lainnya. Kubilang, ada lebih dari 20 keanehan yang kutemui di sekolah ini.

"Apa kau tidak merasa banyak anak aneh di sekolah ini?" tanyaku. Aku lalu menoleh ke kiri, ke arah seorang anak laki-laki yang tengah berjalan mundur. "Kenapa anak itu selalu berjalan mundur? Apa ia memiliki mata di bagian punggungnya?" kali ini aku sedikit berbisik, takut anak itu mendengar kalimatku. "Ketua kelasku bahkan tidak pernah duduk di kursi, ia selalu duduk di lantai setiap kali pelajaran dimulai. Kurasa setiap hari ia buang angin lebih dari 10 kali." Aku menghela nafas.

Baru saja aku akan melanjutkan omonganku, tiba-tiba terdengar keributan kecil dari belakangku. Aku menoleh. Ah, rupanya si rambut kepang sembilan dan dua orang temannya yang sama-sama memakai dasi di kepala.

Mereka menghampiriku. "Kenapa anak baru ini selalu bicara pada tiang bendera? Dasar aneh!" ucap si rambut kepang sembilan dengan wajah heran bercampur ekspresi merendahkan.

Alih-alih menanggapi kalimatnya, aku memutar badan dan melangkahkan kaki beranjak dari lapangan upacara menuju kelasku. Tidak ada gunanya bicara dengan orang-orang aneh seperti mereka.

3 comments:

  1. it's not an effing school!!!

    aku suka nih! hahahahaha. lucu dan menyebalkan mencampur jadi satu. ketebak sih, cuma ngga nyangka aja adegan finalnya dibikin kayak gitu :D kukira bakal jadi cerita twist biasa. eh ternyata manis! manis banget kayak gula!

    ReplyDelete
  2. ketika kata 'twist' kadang udah enggak ngetwist lagi buat kita kal.............. hahahahaha.

    asik dibilang manis ((bukan kamunya, risti!))).
    hehe thank you kal. ada kesenangan tersendiri akhirnya bisa bikin cerita yang 'beneran' pendek.

    ReplyDelete
  3. yeah kadang-kadang aku sendiri ngerasa twist buatanku + buatanmu tiba-tiba jadi tertebak seketika saat dibaca. I guess we make too much twist stories.

    Yes, aku suka ini, porsinya pas banget.

    ReplyDelete

About Me

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
bukan penulis, bukan pengarang, hanya pecinta keduanya.