Sunday, October 28, 2012

Masih


Sekarang pukul 12 lewat 30 menit, bertanda kereta api Argo Parahyangan yang menuju Stasiun Bandung akan segera berangkat 15 menit lagi. Aku berjalan cepat sambil mencari gerbong yang sesuai dengan yang tertulis di tiket keretaku. Dan akhirnya aku menemukannya. Sekarang aku sedang mencari tempat dudukku. Kutelusuri satu demi satu rentetan bangku abu-abu di kelas bisnis kereta jurusan Jakarta-Bandung ini. Dan akhirnya aku menemukannya. Tapi….
“Arion?” aku menyebutkan nama seseorang yang sedang duduk di bangku yang sama dengan bangkuku.
Ia menoleh. “Mova?” alisnya terangkat.
Aku sekali lagi melihat tiketku, memastikan sambil berharap bangku ini bukan bangku yang harus aku tempati. Tapi sialnya, ini memang tempat dudukku.
“Kamu duduk di sini?” tanya Arion.
Aku tak menjawab. Perlahan, aku duduk di sampingnya sambil membuang muka sekenanya. Memandangi apa saja, asal bukan orang yang sekarang ada di sebelahku. Degup jantung dan denyut nadiku berlomba-lomba, seakan siapa yang lebih cepat ia yang menang. Aku sampai lupa mengeluh perihal mendapatkan tempat duduk di pinggir, bukan di dekat jendela.

Tuesday, October 23, 2012

Cerita Cinta Pertama

Another challenge nih. Setelah Mr. Ladang Mentega alias Diqal (pake Q bukan pake K) nantang buat bikin cerita 'NOL'-nya dalam POV tokoh lain, sekarang dia nantangin buat bikin cerita happy ending. HAPPY ENDING? Denger kata itu, gue langsung ngecek isi blog gue dan ternyata gue emang gak menemukan cerita happy ending sama sekali. Oke, happy ending sih, tapi happy dalam sudut pandang yang gimana dulu. Dan ini hasilnya. Iya, spoiler, cerita ini bakal happy ending. Dan ternyata susah banget bikin cerita berakhir bahagia (yang dari awal orang udah tau kalo endingnya bakal bahagia, TAPI HARUS TWIST. Susah banget. Jadi, maklum kalo hasilnya kurang maksimal. Enjoy~

~~~

“Jadi… kamu mau jadi penulis?” tanya pria berkumis tipis di depanku, salah seorang petinggi di sebuah penerbitan ternama.
Aku mengangguk pelan.
Laki-laki berkacamata yang terhalang sebuah meja kerja berlapis kaca hitam itu ikut mengangguk-angguk. “Pernah nulis cerita dan dimuat di majalah?” tanyanya lagi.
Aku menggeleng pelan.
“Gak pernah?” tanyanya lagi, memastikan, atau entah apa namanya, yang pasti aku tak suka nada bicaranya kali ini. Seperti meremehkan.
“Mungkin belum, bukan enggak,” tanggapku, berusaha sesopan mungkin.
Pria di hadapanku tertawa. Astaga, tawanya pun tawa meremehkan.
“Katanya kamu bawa tulisan karya kamu untuk saya baca?” tanya laki-laki itu.
“Oh, iya iya, saya bawa,” ucapku sambil memberikan beberapa lembar kertas yang sedari tadi kuletakkan di atas pahaku.
Ia mengambilnya, dan dengan wajah serius mulai membacanya.


Friday, October 19, 2012

Drama


Namaku Dion, dan perempuan yang sedang menangis di sampingku adalah Safira. Kau bisa memanggilnya Fira, atau Safi dengan aksen Sunda jika kau sedang kesal padanya. SAPI!!!
Pertunjukan selesai, tirai panggung ditutup, dan lampu teater dinyalakan. Wajah Fira benar-benar banjir air mata. Lebih menyeramkan dari yang kukira. Aku mengernyit. “Kenapa nangis? Ini kan, cuma drama!” ucapku sambil berdiri.
Fira ikut berdiri. “Kan, sedih Yon,” jawabnya sambil mengusap-usap wajahnya.
Lebay banget.
“Tapi tetep aja cuma drama!”
“Walaupun drama, tetep aja sedih!” ia memelototiku. Seram.

Thursday, October 18, 2012

TUNGGU!!!


Namaku Safira, dan orang yang sedang menggendongku ini bernama Dion. Kenapa? Tampan? Kau suka? Ah, kau bahkan tidak punya waktu untuk sekedar mencukur kumismu, bagaimana kau bisa meluangkan waktu untuk menyukai Dion?
Dion sangat tampan. Seluruh penghuni planet bumi beserta masing-masing malaikat penjaga tau itu. Dan orang-orang bilang sih, aku dan Dion adalah pasangan paling cocok seantero jagat raya. Aku hanya tertawa setiap mendengar kalimat itu. Aku dan Dion sudah berteman sejak kami baru mengerti bahwa 2 dikali 2 sama hasilnya dengan 2 ditambah 2. Kami sudah bersahabat, oh malah berkeluarga sejak kecil. Bukan, bukan berkeluarga yang seperti itu maksudnya.
Kakiku terkilir barusan, saat pengambilan nilai basket. Aku tidak suka basket, Dion tau itu. Ah, apa sih, yang Dion gak tau tentang aku? Begitupula sebaliknya. Aku tau apapun tentangnya. Ya, apapun. Termasuk…..

Friday, October 12, 2012

The Guardian




Aku menatap Fakhri dari depan kelasku. Senyum yang selalu ia berikan pada setiap orang yang menyapanya, sinar yang selalu hangat terpancar dari matanya, dan tutur kata lembutnya yang kuyakin tak ada seorangpun yang bosan berbicara lama-lama dengannya.
Miris. Kenapa ia sangat berbeda? Aku kembali mengingat kejadian kemarin malam, saat Fakhri memarahi seorang anak usia 3 tahun dengan –menurutku- cukup kasar.
Aku baru saja selesai mandi saat kudengar Fakhri sedikit berteriak dari ruang tengah.
"Ini tuh, huruf D!" teriak Fakhri. "Bisa bilang D gak sih?! Dari tadi A B C terus, gimana mau bisa?!" lanjutnya.
Aku cepat-cepat membungkus rambutku yang masih basah dan lari ke ruang tengah, tempat Fakhri -seharusnya- mengajarkan putrinya mengenali huruf.
"Ini tuh, huruf D! DE!!!" teriak Fakhri sambil menunjuk, oh tidak, ia menekan huruf D di buku panduan pengenalan huruf di depannya.
Aku langsung meraih anak perempuan mungil yang sekarang sedang menangis ketakutan dipelototi ayahnya, bukan sedang mendapatkan pelajaran seperti yang aku ucapkan sebelum aku melangkah ke kamar mandi, "Belajar baca dulu ya, sama Ayah."
Ah, laki-laki ini. Aku tak habis pikir bagaimana ia bisa membentak anak usia 3 tahun hanya karna tidak mengenali huruf D. Aku tak berkata apa-apa, hanya menggendong Kaira, mencoba menenagkannya, sambil menatap kesal kearah ayahnya.

Jangan Pergi Sekedar Pergi, Bodoh!

Bukankah aku sudah pernah bilang, jangan buat aku menjadi ketergantungan!
Kau bilang, “aku hanya menyayangimu dan bukan ingin membuatmu membutuhkanku
Sampah!
Kau berkata seenakmu
Tanpa tau
Aku
Disakiti oleh kalimat itu

Karena cahaya itu masih selalu berpendar melalui salah satu arteriku
Cahaya indahmu
Yang menghangatkanku, dulu
Dan terlalu panas untuk kurasakan saat ini hingga nyaris membunuhku

About Me

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
bukan penulis, bukan pengarang, hanya pecinta keduanya.