Kau bilang,
“aku hanya menyayangimu dan bukan ingin membuatmu membutuhkanku”
Sampah!
Kau berkata
seenakmu
Tanpa tau
Aku
Disakiti
oleh kalimat itu
Karena cahaya
itu masih selalu berpendar melalui salah satu arteriku
Cahaya
indahmu
Yang
menghangatkanku, dulu
Dan terlalu
panas untuk kurasakan saat ini hingga nyaris membunuhku
Kau tau,
rasanya aku ingin mati jika mengingatmu
Mati
tertusuk rasa rindu, tersekap rasa kehilangan, dan tertindih rasa ingin tau
yang tak pernah berhenti menyerbu otakku
Aku dipukul
tanda tanya yang tak sanggup lagi kupikul
Sakit
Sakit, kau
tau arti kata itu? KAU TAU?
Ketika kau
ada di sisiku, rasanya aku sulit bernafas karena oksigen-oksigen itu terhalang
gumpalan rasa bahagia yang menyelundup ke setiap saluran respirasiku
Tak
berbeda, kini pun rasanya aku sulit bernafas karena paru-paruku seperti sudah
hancur lebur dihajar angin-angin kesepian yang selalu datang menggantikanmu
Kemana?
Dimana?
Mengapa?
Untuk apa?
Sampai
kapan?
Brengsek!
Kepalaku
terlalu sempit untuk memberi kamar inap pada semua pertanyaan itu
Memikirkanmu
saja sudah membuat kepalaku hampir penuh! TAK ADA RUANG LAGI UNTUK TAMU-TAMU
ITU!!!
Kenapa kau
memperlakukanku seperti ini?
Kenapa…
Kenapa aku
harus merasakan sakit ini?
Kenapa…
Lalu aku
harus bagaimana?
Katakan,
aku harus bagaimana?
Menangis?
Atau tidur saja dan berharap kehadiranmu hanyalah mimpi yang akan dengan mudah
kulupakan?
Mencarimu?
Atau menunggu dalam semua ketidakpastian yang terlalu memuakkan?
Aku harus
bagaimana…
Apa aku
harus mengubur setiap detik waktu yang selalu kauberikan? Semua?
Lalu aku butuh
berapa hektar lahan? Butuh berapa puluh penggali? Butuh berapa ratus keranjang
bunga?
Kau tau,
yang lebih menyedihkan dari sekedar ditinggalkan adalah, ditinggalkan tanpa
ucapan selamat tinggal
Kau
membuatku berharap, kau membuatku menunggu, kau membuatku menghabiskan
hari-hariku dalam bilik kesemuan hidup tanpamu
Kau,
Terbuat
dari apa…
Dan kau
pikir,
Aku,
Terbuat
dari apa…
Kepalaku
rasanya ingin pecah
Pecah
Terlalu
banyak muatan tentangmu di dalamnya
Hatiku
seperti nyaris membusuk semenjak kau tak pernah lagi menaburkan pupuk
Tapi
tenanglah, aku bertahan
Mengejutkan,
aku masih hidup dengan baik sampai detik ini
Tapi,
Bagaimana
denganmu?
Bagaimana dengan
hidupmu?
Bagaimana
kau, tanpa aku?
Bagaimana
harimu, tanpa menyapaku?
Bagaimana
tidurmu, tanpa mengucapkan selamat malam untukku?
Parah kah?
Separah
diriku kah?
Separah aku
yang haus akan kalimat penyemangat darimu kah?
Separah aku
yang selalu berharap namamu muncul di layar ponselku kah?
Separah aku
yang tak bisa berhenti mengkhawatirkanmu kah?
Separah itu
kah?
Atau lebih
parah dari itu?
Atau kau
juga nyaris mati semenjak menjalani hidup tanpaku?
Atau kau
memang sudah mati?
APA KAU
MATI?!
KAU TAU
BETAPA AKU TAKUT AKAN KATA ITU? KAU TAU?
Apa kau
benar-benar mati…
Apa Tuhan
yang mengambilmu dariku…
Apa kau
pergi karena itu…
Lalu,
bagaimana denganku?
Bagaimana
dengan hidupku?
Sampai
kapan aku harus menunggumu?
Kenapa…
Kenapa tak
ada satupun yang menjawab pertanyaanku?
KENAPA???!!!
Aku…
Takut…
Tanpamu…
Aku takut
melanjutkan hidupku
Aku takut
tak sanggup menghadapi semua kerikil takdirku tanpamu
Tanpa
kalimatmu, tanpa cahayamu, tanpa dirimu…
Aku takut
tersesat dalam kerinduanku
Aku takut
tenggelam dalam rasa sakit kehilanganmu
Aku takut,
Kau,
Menghancurkan
hidupku
Aku takut,
ketidakberadaanmu melemahkan saraf-saraf motivasiku
Aku benci
diriku karena terlalu ingin menerima kabar darimu
Aku benci
hatiku karena tak bisa begitu saja rela kehilanganmu
Aku benci
Aku benci
menjadi manusia dengan ketergantungan terhadap sesama manusia
Bukankah
aku sudah pernah bilang, jangan buat aku menjadi ketergantungan!
Asal kau
tau,
Aku tak
pernah berharap kau kembali, sungguh
Aku tak
pernah menginginkan kau berdiri disisiku lagi
Aku merasa
sangat cukup dengan kau pernah ada disini
Menjadi
temanku, pelindungku, keajaibanku, anugerahku
Aku merasa
sangat cukup kau pernah menjadi salah satu kerumitan hidupku
Aku tak
pernah meminta lebih dengan berharap kau kembali, sungguh
Aku hanya
ingin kau pergi dengan cara yang baik
Karena kau
hadir melalui jalan yang baik
Aku hanya
ingin mendengarmu mengatakan selamat tinggal dan meyakinkanku bahwa kau sedang,
dan akan baik-baik saja
Aku hanya
ingin kau membuatku percaya bahwa kita bisa hidup bahagia di jalan kita
masing-masing
Aku hanya
ingin kau meyakinkanku untuk terus melanjutkan hidup tanpa harus menunggumu
Aku ingin
kau memintaku melupakanmu
Aku ingin
kau memohon agar aku tak menghabiskan waktuku untuk mengkhawatirkanmu
Aku ingin kau
berkata bahwa aku tak perlu merindukanmu
Aku tak
butuh alasan mengapa kau pergi, aku hanya ingin kau menjadi seseorang dengan
sopan santun luhur dan mengerti bagaimana cara berpamitan dengan siapapun yang
akan kau tinggalkan
Maka datanglah
lagi,
Datang walau
hanya satu menit lewat satu detik disini
30 detik
untuk menucapkan selamat tinggal padaku, 30 detik untuk mendengarkan ucapan
terima kasih dariku, dan 1 detik untuk memberikan senyum padaku
Jangan mati
Hiduplah,
Hiduplah
dengan baik
Maaf,
Tapi selama
aku belum mendengar kata selamat tinggal itu darimu, kuanggap kau belum
benar-benar pergi meninggalkanku
Jangan
salahkan aku jika hidupku terbelenggu dalam penantian semu itu
Terima kasih
Aku,
Yang dulu
pernah menjadi seseorang-mu.
No comments:
Post a Comment