Friday, October 12, 2012

Jangan Pergi Sekedar Pergi, Bodoh!

Bukankah aku sudah pernah bilang, jangan buat aku menjadi ketergantungan!
Kau bilang, “aku hanya menyayangimu dan bukan ingin membuatmu membutuhkanku
Sampah!
Kau berkata seenakmu
Tanpa tau
Aku
Disakiti oleh kalimat itu

Karena cahaya itu masih selalu berpendar melalui salah satu arteriku
Cahaya indahmu
Yang menghangatkanku, dulu
Dan terlalu panas untuk kurasakan saat ini hingga nyaris membunuhku


Kau tau, rasanya aku ingin mati jika mengingatmu
Mati tertusuk rasa rindu, tersekap rasa kehilangan, dan tertindih rasa ingin tau yang tak pernah berhenti menyerbu otakku

Aku dipukul tanda tanya yang tak sanggup lagi kupikul
Sakit
Sakit, kau tau arti kata itu? KAU TAU?

Ketika kau ada di sisiku, rasanya aku sulit bernafas karena oksigen-oksigen itu terhalang gumpalan rasa bahagia yang menyelundup ke setiap saluran respirasiku
Tak berbeda, kini pun rasanya aku sulit bernafas karena paru-paruku seperti sudah hancur lebur dihajar angin-angin kesepian yang selalu datang menggantikanmu

Kemana?

Dimana?

Mengapa?

Untuk apa?

Sampai kapan?

Brengsek!
Kepalaku terlalu sempit untuk memberi kamar inap pada semua pertanyaan itu
Memikirkanmu saja sudah membuat kepalaku hampir penuh! TAK ADA RUANG LAGI UNTUK TAMU-TAMU ITU!!!

Kenapa kau memperlakukanku seperti ini?
Kenapa…
Kenapa aku harus merasakan sakit ini?
Kenapa…

Lalu aku harus bagaimana?
Katakan, aku harus bagaimana?
Menangis? Atau tidur saja dan berharap kehadiranmu hanyalah mimpi yang akan dengan mudah kulupakan?
Mencarimu? Atau menunggu dalam semua ketidakpastian yang terlalu memuakkan?

Aku harus bagaimana…
Apa aku harus mengubur setiap detik waktu yang selalu kauberikan? Semua?
Lalu aku butuh berapa hektar lahan? Butuh berapa puluh penggali? Butuh berapa ratus keranjang bunga?

Kau tau, yang lebih menyedihkan dari sekedar ditinggalkan adalah, ditinggalkan tanpa ucapan selamat tinggal
Kau membuatku berharap, kau membuatku menunggu, kau membuatku menghabiskan hari-hariku dalam bilik kesemuan hidup tanpamu

Kau,
Terbuat dari apa…
Dan kau pikir,
Aku,
Terbuat dari apa…

Kepalaku rasanya ingin pecah
Pecah
Terlalu banyak muatan tentangmu di dalamnya
Hatiku seperti nyaris membusuk semenjak kau tak pernah lagi menaburkan pupuk

Tapi tenanglah, aku bertahan
Mengejutkan, aku masih hidup dengan baik sampai detik ini

Tapi,
Bagaimana denganmu?
Bagaimana dengan hidupmu?
Bagaimana kau, tanpa aku?
Bagaimana harimu, tanpa menyapaku?
Bagaimana tidurmu, tanpa mengucapkan selamat malam untukku?
Parah kah?
Separah diriku kah?
Separah aku yang haus akan kalimat penyemangat darimu kah?
Separah aku yang selalu berharap namamu muncul di layar ponselku kah?
Separah aku yang tak bisa berhenti mengkhawatirkanmu kah?
Separah itu kah?
Atau lebih parah dari itu?
Atau kau juga nyaris mati semenjak menjalani hidup tanpaku?
Atau kau memang sudah mati?
APA KAU MATI?!
KAU TAU BETAPA AKU TAKUT AKAN KATA ITU? KAU TAU?
Apa kau benar-benar mati…
Apa Tuhan yang mengambilmu dariku…
Apa kau pergi karena itu…

Lalu, bagaimana denganku?
Bagaimana dengan hidupku?
Sampai kapan aku harus menunggumu?
Kenapa…
Kenapa tak ada satupun yang menjawab pertanyaanku?
KENAPA???!!!

Aku…

Takut…

Tanpamu…

Aku takut melanjutkan hidupku
Aku takut tak sanggup menghadapi semua kerikil takdirku tanpamu
Tanpa kalimatmu, tanpa cahayamu, tanpa dirimu…

Aku takut tersesat dalam kerinduanku
Aku takut tenggelam dalam rasa sakit kehilanganmu

Aku takut,
Kau,
Menghancurkan hidupku

Aku takut, ketidakberadaanmu melemahkan saraf-saraf motivasiku
Aku benci diriku karena terlalu ingin menerima kabar darimu
Aku benci hatiku karena tak bisa begitu saja rela kehilanganmu
Aku benci
Aku benci menjadi manusia dengan ketergantungan terhadap sesama manusia

Bukankah aku sudah pernah bilang, jangan buat aku menjadi ketergantungan!

Asal kau tau,
Aku tak pernah berharap kau kembali, sungguh
Aku tak pernah menginginkan kau berdiri disisiku lagi
Aku merasa sangat cukup dengan kau pernah ada disini
Menjadi temanku, pelindungku, keajaibanku, anugerahku

Aku merasa sangat cukup kau pernah menjadi salah satu kerumitan hidupku
Aku tak pernah meminta lebih dengan berharap kau kembali, sungguh
Aku hanya ingin kau pergi dengan cara yang baik
Karena kau hadir melalui jalan yang baik

Aku hanya ingin mendengarmu mengatakan selamat tinggal dan meyakinkanku bahwa kau sedang, dan akan baik-baik saja
Aku hanya ingin kau membuatku percaya bahwa kita bisa hidup bahagia di jalan kita masing-masing
Aku hanya ingin kau meyakinkanku untuk terus melanjutkan hidup tanpa harus menunggumu
Aku ingin kau memintaku melupakanmu
Aku ingin kau memohon agar aku tak menghabiskan waktuku untuk mengkhawatirkanmu
Aku ingin kau berkata bahwa aku tak perlu  merindukanmu

Aku tak butuh alasan mengapa kau pergi, aku hanya ingin kau menjadi seseorang dengan sopan santun luhur dan mengerti bagaimana cara berpamitan dengan siapapun yang akan kau tinggalkan

Maka datanglah lagi,
Datang walau hanya satu menit lewat satu detik disini
30 detik untuk menucapkan selamat tinggal padaku, 30 detik untuk mendengarkan ucapan terima kasih dariku, dan 1 detik untuk memberikan senyum padaku

Jangan mati
Hiduplah,
Hiduplah dengan baik

Maaf,
Tapi selama aku belum mendengar kata selamat tinggal itu darimu, kuanggap kau belum benar-benar pergi meninggalkanku
Jangan salahkan aku jika hidupku terbelenggu dalam penantian semu itu

Terima kasih

Aku,
Yang dulu pernah menjadi seseorang-mu.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
bukan penulis, bukan pengarang, hanya pecinta keduanya.