“Ah, ini
dia aktor kita!” Laki-laki botak itu berseru saat seorang pria muda masuk ke
ruangan tempat aku sudah lebih dulu menunggu. “Kau pasti sudah mengenalnya bukan, Nona Natasha?”
Artis
ternama yang tengah naik daun itu, bayi yang baru lima menit lahir pun mungkin sudah mengenalnya.
“Namanya
Rey.”
Aku sudah tahu.
Rey tersenyum ramah ke arahku.
Aku
membalasnya dengan sedikit canggung.
“Rey, ini
Natasha, walaupun belum pernah kerja bersama, tapi kau pasti sudah pernah
menyaksikan filmnya kan? Kali ini dia akan menjadi lawan mainmu di film terbaru
kita,” papar laki-laki botak di depanku.
Rey
mengangguk.
“Permainan
kita adalah, kalian berdua berpura-puralah berkencan.”
Klasik.
“Tapi
secara sembunyi-sembunyi.”
Aku dan Rey
saling bertatapan dengan kening yang sama-sama berkerut.
“Jadi
silahkan kalian pergi ke tempat yang tidak terlalu ramai dan jangan lupa
menggunakan jaket dan topi. Kalau perlu gunakan masker penutup mulut.”
“Kenapa
harus pura-pura berkencan jika sembunyi-sembunyi seperti itu?” tanya Rey, yang
juga mewakili pertanyaanku.
“Justru itu
yang akan menjadi perbincangan menarik. Apakah kalian benar-benar berkencan
atau tidak. Apakah sepasang pemuda yang tertangkap tengah berdua itu Natasha
dan Rey atau bukan. Bukankah mereka akan terus mengamati kalian berdua? Mencari
segala bentuk kunci dari gelagat dan sikap kalian dalam setiap kesempatan interview atau moment-moment lain. Bersikaplah biasa jika ada kamera di depan
kalian.”
Oh, begitu. Aku mengerti.
“Kabari di
mana kalian akan melakukan kencan palsu. Aku akan mengirim beberapa wartawan untuk mengambil
foto kalian secara sembunyi-sembunyi. Jangan lupa kenakan topi agar wajah
kalian tidak terlalu tampak jelas.”
Aku hanya
mengangguk malas. Ini memang bukan film pertamaku, tapi baru kali ini aku harus
melakukan permainan semacam ini. Ah, entah bagaimana hasilnya. Aku hanya
mengikuti apa yang mereka mau. Beracting di depan dan di belakang layar
sekaligus. Bayaran ganda. Kuharap aku mendapatkannya.
***
Aku menatap
halaman depan sebuah tabloid di mana namaku dan Rey tertulis besar-besar di
bawah foto candid berkualitas rendah sepasang pemuda
bertopi (dan bahkan si wanita memakai masker penutup mulut) yang tengah
bergandengan tangan di tempat parkir sebuah restoran.
“Konyol sekali,” aku berkomentar seorang diri.
“Bukankah
itu foto Ayah dan Ibu? Kenapa ada di koran? Kenapa wajah Ibu ditutup masker?
Apa Ayah dan Ibu penjahat?”
Rey muncul dan menggendong anak perempuan yang entah kapan datangnya, tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingku. “Waktunya nonton Oscar Oasis!” serunya sambil
membawa anak itu menuju ruang tengah apartemen kami.
Aku tertawa kecil sambil menggulung tabloid di tanganku dan
membuangnya ke tempat sampah, lalu bergabung di depan televisi bersama suami
dan putri mungilku sambil memikirkan jawaban apa yang harus kuberikan pada anak pintar itu.
wait a minute. APA APAAN ENDINGNYA? AKU TERSENYUM SENANG HAHAHAHHAHAHA. SIAL INI BEGOK BANGET SI BOTAK.
ReplyDeleteengga tau, mungkin kurang panjang aja. SIAL AKU KETIPU. MALES AH.
endingnya super sekali. ga nyangka bakal dapat ending yang hepi. sial.
AH DIKAL SELERAMU JADI YANG TIPE BEGINI TOH
ReplyDelete