Saturday, April 19, 2014

Pura-Pura

“Ah, ini dia aktor kita!” Laki-laki botak itu berseru saat seorang pria muda masuk ke ruangan tempat aku sudah lebih dulu menunggu. “Kau pasti sudah mengenalnya bukan, Nona Natasha?”

Artis ternama yang tengah naik daun itu, bayi yang baru lima menit lahir pun mungkin sudah mengenalnya.

“Namanya Rey.”

Aku sudah tahu.

Rey tersenyum ramah ke arahku.

Aku membalasnya dengan sedikit canggung.

“Rey, ini Natasha, walaupun belum pernah kerja bersama, tapi kau pasti sudah pernah menyaksikan filmnya kan? Kali ini dia akan menjadi lawan mainmu di film terbaru kita,” papar laki-laki botak di depanku.

Rey mengangguk.

“Permainan kita adalah, kalian berdua berpura-puralah berkencan.”

Klasik.

“Tapi secara sembunyi-sembunyi.”

Aku dan Rey saling bertatapan dengan kening yang sama-sama berkerut.

“Jadi silahkan kalian pergi ke tempat yang tidak terlalu ramai dan jangan lupa menggunakan jaket dan topi. Kalau perlu gunakan masker penutup mulut.”

“Kenapa harus pura-pura berkencan jika sembunyi-sembunyi seperti itu?” tanya Rey, yang juga mewakili pertanyaanku.

“Justru itu yang akan menjadi perbincangan menarik. Apakah kalian benar-benar berkencan atau tidak. Apakah sepasang pemuda yang tertangkap tengah berdua itu Natasha dan Rey atau bukan. Bukankah mereka akan terus mengamati kalian berdua? Mencari segala bentuk kunci dari gelagat dan sikap kalian dalam setiap kesempatan interview atau moment-moment lain. Bersikaplah biasa jika ada kamera di depan kalian.”

Oh, begitu. Aku mengerti.

“Kabari di mana kalian akan melakukan kencan palsu. Aku akan mengirim beberapa wartawan untuk mengambil foto kalian secara sembunyi-sembunyi. Jangan lupa kenakan topi agar wajah kalian tidak terlalu tampak jelas.”

Aku hanya mengangguk malas. Ini memang bukan film pertamaku, tapi baru kali ini aku harus melakukan permainan semacam ini. Ah, entah bagaimana hasilnya. Aku hanya mengikuti apa yang mereka mau. Beracting di depan dan di belakang layar sekaligus. Bayaran ganda. Kuharap aku mendapatkannya.

***

Aku menatap halaman depan sebuah tabloid di mana namaku dan Rey tertulis besar-besar di bawah foto candid berkualitas rendah sepasang pemuda bertopi (dan bahkan si wanita memakai masker penutup mulut) yang tengah bergandengan tangan di tempat parkir sebuah restoran.

“Konyol sekali,” aku berkomentar seorang diri.

“Bukankah itu foto Ayah dan Ibu? Kenapa ada di koran? Kenapa wajah Ibu ditutup masker? Apa Ayah dan Ibu penjahat?”

Rey muncul dan menggendong anak perempuan yang entah kapan datangnya, tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingku. “Waktunya nonton Oscar Oasis!” serunya sambil membawa anak itu menuju ruang tengah apartemen kami.

Aku tertawa kecil sambil menggulung tabloid di tanganku dan membuangnya ke tempat sampah, lalu bergabung di depan televisi bersama suami dan putri mungilku sambil memikirkan jawaban apa yang harus kuberikan pada anak pintar itu.

2 comments:

  1. wait a minute. APA APAAN ENDINGNYA? AKU TERSENYUM SENANG HAHAHAHHAHAHA. SIAL INI BEGOK BANGET SI BOTAK.

    engga tau, mungkin kurang panjang aja. SIAL AKU KETIPU. MALES AH.

    endingnya super sekali. ga nyangka bakal dapat ending yang hepi. sial.

    ReplyDelete
  2. AH DIKAL SELERAMU JADI YANG TIPE BEGINI TOH

    ReplyDelete

About Me

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
bukan penulis, bukan pengarang, hanya pecinta keduanya.